Selasa, 15 Desember 2009

Perang Telkom VS Pemda Berimbas ke Pemborong

KRC, MALANG –
Kemarahan serta kekecewaan Telkom terhadap PT Dharma Kumala Utama (PT. DKU) memuncak. Kemarin, Telkom mengancam akan memblack list PT DKU dari proyek galian bila sampai 20 Desember nanti tidak bisa menuntaskan galian di Kota Malang.
Sikap ini menyusul dihentikannya proyek galian Telkom di Jalan Jupri Sukun oleh Satpol PP, Senin (14/12) lalu. Sebelumnya, proyek galian Telkom di beberapa titik di Kota Malang juga dikeluhkan masyarakat karena membahayakan pengendara. Sampai-sampai Wali Kota Malang Peni Suparto geram yang berujung Telkom ‘diadili’ dewan.
Ancaman manajemen Telkom ini disampaikan kepada perwakilan PT DKU di ruangan GM Telkom kemarin. Hadir dalam pertemuan itu, GM Telkom
Ir. Kukuh Pribadijanto, Deputy GM Hari Suseno dan sejumlah staf Telkom. Di hadapan manajemen Telkom itu, PT. DKU mengakui kesalahan yang dilakukannya dan bersedia untuk segera melaksanakan tuntutan dan klaim dari Telkom Kota Malang.
”Ya, saya akan segera memperbaiki kinerja pekerja di lapangan dan akan menuntaskan galian sesuai deadline yang ditentukan,” kata Mujip Kusuma perwakilan PT. DKU mengiyakan permintaan Telkom.
Disaksikan wartawan , Mujip pun mengakui pihaknya sedikit teledor dalam mengerjakan proyek milik Telkom ini. ”Mungkin karena banyak pekerjaan (proyek) lain,” lanjut pria berambut plontos di hadapan petinggi Telkom.
Tentang pekerjaan galian di Jalan Jupri Sukun Kota Malang, Mujip mengaku memang izinnya hanyalah per titik. Bukan galian memanjang seperti yang dilakukan oleh pekerjanya di lapangan. Namun karena kontur tanah yang tidak bisa dibor, maka penggalian open cut di permukaan harus dilakukan.
Mujip juga mengakui, pemasangan pita dan papan peringatan yang belum merata di seluruh galian. Akibatnya, Satpol PP sebelumnya telah menghentikan proyek yang menyalahi izin penggalian awal, yakni penggalian per titik.
Mendengar jawaban tersebut, Telkom pun semakin jengah dan meminta agar kinerja PT. DKU segera diperbaiki. Telkom juga mendesak galian harus tuntas semuanya maksimal 20 Desember sesuai dengan deadline yang diberikan DPRD Kota Malang pasca hearing bersama pada 10 Desember lalu.(vr)

Minggu, 13 Desember 2009

MCW Desak Ada Kajian Ulang Dana 4 Miliar Jaminan Perumahan Anggota Dewan

KRC, MALANG -
Tidur anggota DPRD Kota Malang bakal lebih nyenyak tahun depan. Betapa tidak, untuk tidur saja, mereka mendapat anggaran Rp 4 miliar dari uang rakyat di APBD.

Tentu, uang itu bukan dipakai untuk alas tidur, tapi untuk menjamin perumahan 41 anggota dewan dan 3 wakil ketua dewan. "Kalau ada rumah dinas anggaran ini tidak ada. Berhubung tidak ada rumah dinas, maka tunjangan perumahan tetap dianggarkan," kata Piyatmoko Oetomo, ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Malang, siang kemarin.

Moko, sapaan akrab Priyatmoko, mengakui kalau tunjangan perumahan bagi wakil rakyat setiap tahun memang sudah dianggarkan. Alokasinya juga sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

"Kalau tidak ada dasar hukumnya, kami bisa disel. Kami mengalokasikannya karena sudah ada aturannya, seperti tunjangan beras," kata Moko yang juga wakil ketua dewan ini.

Dia lantas menjelaskan, anggaran tunjangan perumahan itu berbeda. Untuk anggota dewan dialokasikan sebesar Rp 7,5 juta per bulan. Jika diakumulasikan dalam setahun, maka anggarannya sebesar Rp 3,69 miliar. Sedangkan untuk wakil ketua dewan dialokasikan sebesa Rp 9 juta per bulannya atau Rp 324 juta setahun. "Besaran anggaran ini sama dengan tahun anggaran 2009," ujarnya.

Pada saat pembahasan anggaran, tunjangan perumahan itu masuk dalam daftar tunggu. Sebab saat itu yang tersedia anggarannya baru separo, yakni Rp 2 miliar. Namun dalam pembahasannya, anggaran untuk tunjangan perumahan itu dapat dialokasikan secara penuh. "Tunjangan ini menjadi prioritas karena termasuk pada anggaran tidak langsung, seperti gaji," katanya.

Dziaul Haq, ketua Badan Pekerja Malang Corruption Watch (MCW), menilai angaran tunjangan perumahan itu terlalu besar. Untuk itu, MCW mendesak dilakukan kajian ulang atas atas pengalokasian anggaran tersebut. "Mestinya dengan pengurangan kucuran dana dari pusat, anggaran itu dipangkas. Dewan harusnya mengkaji ulang dan merasionalisasi besaran anggaran itu," katanya.

Selain itu, Dzia juga menilai wakil rakyat tidak konsisten dengan apa yang telah disampaikan. Khususnya pada upaya efisiensi dan pengalokasian banyak anggaran untuk pelayanan publik. Seharusnya, kata dia, wakil rakyat harus memulai melakukan efisiensi pada dirinya sendiri dengan menekan anggaran yang diperuntukkan untuk mereka.

"Kemampuan APBD kan juga perlu menjadi pertimbangan. Jangan sampai karena hanya melihat atusan dalam susunan dan kedudukan dewan kemudian menekan anggaran yang lainnya," tambah dia.(ver)

Selasa, 08 Desember 2009

Semrawut Proyek Fiber Optik Milik Telkom Membuat Masyarakat Dan Walikota Marah

KRC, Malang
MALANG – Tidak hanya warga Kota Malang saja yang geram terhadap maraknya galian kabel fiber optic milik Telkom, Wali Kota Malang, Peni Suparto juga terkejut dengan banyaknya galian kabel di jalanan. Apalagi, banyak galian yang sangat membahayakan pengguna jalan, karena lokasinya berada di persimpangan dan minim pengamanan.
Padahal, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Malang sudah memberikan peringatan kepada pelaksana galian untuk memberikan pita kuning pengaman di setiap lokasi galian agar tidak membahayakan pengguna jalan. Karena kali beberapa sudah terjadi kecelakaan akibat lubang galian itu. Saat hujan turun, sekitar lubang akan becek dengan tanah yang terguyur hujan.
“Saya sudah keliling dan memang banyak galian yang posisinya membahayakan pengguna jalan. Ada juga galian yang ada di dekat Pos Polisi. Galian itu sudah tidak karu-karuan,” kata wali kota kepada wartawan , kemarin.
Orang nomor satu di Pemkot Malang itu meminta pelaksana galian untuk bertanggungjawab penuh terhadap galian yang dilakukannya. Jalan yang rusak akibat digali harus dikembalikan ke asalnya dengan baik. Jangan sampai menutup lubang galian hanya asal-asalan.
Biasanya, penutupan lubang bekas galian terkesan asal-asalan. Tanah yang menutup galian tidak padat, saat ditutup aspal jalan bekas galian akan tidak rata dengan asalnya. Akibatnya permukaan tanah bekas galian akan terlihat jeglong. Hal itu tidak boleh terjadi lagi, pengembang harus bertanggung jawab untuk mengembalikan jalan itu seperti semula.
“Kalau sudah tidak rata saat menutupnya dengan aspal, nantinya kami lagi yang harus melakukan perbaikannya. Karena itu, mereka harus bertanggungjawab untuk mengembalikan jalan itu seperti semula,” ungkapnya.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Malang, Pujianto juga meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk melakukan pengawasan terhadap galian yang banyak dilakukan saat ini. Jika perlu DPU ada sanksi bagi pengembang yang tidak melaksanakan aturan galian. Dari informasi yang diterimanya, sudah ada beberapa kecelakaan akibat lubang galian itu. Bahkan, ada anggota dewan yang pernah mengetahui ada pengguna jalan yang terjembab di lubang galian kabel.
“Mengapa galian itu dilaksanakan saat musim hujan tiba. Mengapa tidak dilakukan saat musim terang atau kemarau datang. Harus ada tindakan tegas dari eksekutif bagi pelaksana galian yang tidak sesuai dengan aturan dan prosedur,” pungkasnya. (ver)

Jumat, 04 Desember 2009

BPKP Audit Mendit

KRC, Malang
Proses penyidikan kasus dugaan korupsi di objek wisata Wendit memasuki babak baru. Kejaksaan Negeri (Kejari) Kepanjen sudah mengajukan permintaan audit investigasi kepada Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Jawa Timur.

Permintaan kejari kepada BPKP mendapatkan respon. Kemarin, BPKP menurunkan tiga perwakilannya untuk langsung terjun ke Wendit. Sebenarnya BPKP menugaskan empat orang dalam tim investigasi Wendit. Namun ketua tim Sumono masih berhalangan hadir karena ada kegiatan di daerah lainnya.

Tim BPKP tiba di Wendit sekitar pukul 12.30. Mereka melakukan pantauan lapangan hingga pukul 16.00. Saat berada di Wendit, tim melakukan wawancara dengan Plt UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Wendit Sunarko. Wawancara tersebut dilakukan di lantai dua kantor objek wisata. Wawancara tim BPKP dengan Sunarko berlangsung sekitar 2 jam.

"Kami masih wawancara saja. Belum menyebut angka maupun pelangaran yang terjadi," kata Kasi Pidsus Kejari Kepanjen Nurhadi Puspandoyo.

Pada hari pertama, jelas Nurhadi, tim BPKP dan kejaksaan memfokuskan audit di Wendit. Rencananya, tim audit selanjutnya akan melakukan audit di Dinas Pariwisata Pemkab Malang pada hari ini.

Karena audit masih dalam proses pemeriksaam, Nurhadi belum berani membuka semua temuan yang tim BPKP. "Kami masih menunggu BPKP. Jadi masih belum bisa menjelaskan secara rinci dimana dugaan korupsi tersebut terjadi," beber Nurhadi.

Kasus ini mencuat pada saat ditemukan adanya penggandaan tiket tanpa sepengetahuan Bupati Malang. Penggandaan tiket itu diduga terjadi pada tahun baru dan lebaran. Selain itu, hasil dari penggandaan tiket itu tak diserahkan semuanya kepada kas negera. Ada sekitar Rp 650 juta yang dibagi-bagikan kepada orang-orang yang tak berhak.

Terpisah M.S Alhaidary, SH, pengacara Sunarko mengatakan, terkait audit yang dilakukan BPKP itu sah dan wajar. Sebab Kejari juga membutuhkan bukti yang cukup untuk melanjutkan penyidikan.

Namun sebaliknya, jika tidak ditemukan bukti, Kejari juga harus menghentikan proses penyidikan. Sebagai tersangka, Sunarko juga harus diberi tempat untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. "Harus transparan. Tersangka juga harus diberi tempat untuk membuktikan dirinya tidak bersalah," kata Alhaidary.

"Saya berharap kejaksaan bisa berjalan sesuai dengan rel dan jalurnya," tambah Alhaidary.(ver)

Rabu, 02 Desember 2009

FFI Kerahkan 10.000 Warga

KRC, malang
akan dikerahkan sekitar 10.000 orang demi memeriahkan FFI. Anugerah untuk insan perfilman ini digelar dua hari berturut-turut di beberapa tempat di Kota Batu. Puncaknya akan digelar Minggu, 6 Desember di halaman Museum Satwa atau Batu Mini Zoo (BMZ) untuk pembacaan nominator FFI.

“Nantinya akan ada dua acara puncak selama dua hari itu. Sabtu (5/12) acara lebih difokuskan kepada promosi Kota Batu dengan menggelar kirap budaya dan seni 24 desa yang ada di Batu. Dan Minggu (6/12) baru acara puncak FFI,” beber Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan Pemkot Batu, Syamsul Huda, yang juga ketua panitia lokal FFI, Rabu (2/12).

Selain mengerahkan 10.000 warga dan pelajar di Kota Batu, 40 artis perfilman Indonesia juga dipastikan akan meramaikan pembacaan nominator FFI. Untuk memuaskan keingin tahuan warga Batu, sebelum pembacaan nominator para artis akan dikirab keliling Kota Batu.
“Selain itu tentunya akan hadir trio presenter acara musik Dasyat dari RCTI yang akan mempublikasi semua rangkaian kegiatan kami ini,” tandasnya (sl)

Pencuri Teror Warga Sekarbanyu, Terjadi 12 kali pencurian

KRC, Malang
Warga Desa Sekarbanyu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, resah, menyusul maraknya aksi pencurian yang terjadi di kampungnya. Dalam dua bulan terakhir ini, sedikitnya terjadi 12 kali pencurian di Desa Sekarbanyu.

Sialnya tak satu pun dari aksi pencurian itu yang berhasil diungkap petugas. Malah petugas terus kecolongan. Seperti yang terjadi pada Senin (30/11) dini hari lalu. Dalam semalam itu empat rumah warga kembali dibobol. Keempat korbannya adalah Jumain, 42, Seniman, 72, dan Nyono, 35, ketiga berada pada satu RT, yakni RT 04/RW 01. Korban seorang lagi yakni Marsuk, 65, tinggal di RT 01/RW 01.

Jumain kehilangan motor Yamaha Jupiter yang dipinjamnya dari tetangga, Misren, 35. Sedang Senimen kehilangan VCD, seekor kelinci, lima ekor ayam, sandal, dan sekaleng susu. Sementara Nyono kehilangan jaket dan celana. Dari rumah Marsuk, pelaku mencuri seekor kambing.
“Saat ini warga resah. Kami harus siaga pada malam hari karena khawatir pencuri kembali beraksi. Yang membuat warga tak habis pikir, belum satu pun pelakunya tertangkap,” kata Misren, guru SDN setempat, Rabu (2/12).

Pelaku beraksi pertama kali di rumah Nyono sekitar pukul 01.30 WIB. Mereka masuk dengan cara menyongkel jendela samping rumah korban. Diperkirakan pelaku hendak mengincar sepeda motor korban. Namun karena Nyono terbangun oleh tangis anaknya, pelaku ketakutan dan kabur.

Selanjutnya, pelaku pindah dan beraksi di rumah Senimen, yang berjarak 400 meter dari rumah Nyono. Di rumah Senimen, pelaku masuk melalui lantai dua dengan menggunakan tangga. Sasaran yang ketiga, yakni rumah Jumain dan terakhir rumah Marsuk.

“Karena rumah Jumain direnovasi, angin-angin rumahnya terbuka. Setelah membuka angin-angin, pelaku masuk melalui pintu depan usai membuka kunci grendelnya,” papar Misren.

Kades Sekarbanyu, Suwarji, menilai, itu pencurian kecil, sebab barang yang hilang rata-rata nilainya tak seberapa, seperti angsa dan kelinci. “Pencurian semacam itu nggak usah dibesarkan-besarkan karena hanya pencurian kecil sehingga tak dilaporkan. Kami sudah mengecek ke rumah korban masing-masing,” papar Suwarji, Rabu (2/12).
Sumber Surya, dalam dua bulan ini telah terjadi 12 kali pencurian di Desa Sekarbanyu. AKP Kusworo Wibowo SH, Kasat Reskrim Polres Malang mengaku belum mendapat laporan resmi.(gg)

Proyek MBR Jalan Terus, Janji Pemprov Tetap Gelap

PDAM Kota Malang akhirnya meneruskan proyek sambungan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR), meski dana bantuan yang dijanjikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim hingga kini belum ada kejelasannya. Hanya saja, MBR yang dikerjakan bagi masyarakat yang telah membayar biaya sambungan rumah (SR) sebesar Rp 1 juta.

Menurut Manajer Umum PDAM Kota Malang, Drs Basuki Heryadi, hingga kini belum ada surat pemberitahuan resmi dari Pemprov tentang besar bantuan untuk pemasangan MBR. “Memang kabarnya pemprov akan membantu Rp 250.000 per warga, tetapi hingga kini kami belum mendapat surat pemberitahuan secara resmi,” kata Basuki , Rabu (2/12).

Diungkapkan Basuki, biaya pemasangan MBR itu kini masih dibahas dalam sidang Tim Anggaran (Timgar) Pemkot dan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung Dewan. Memang ada rencana, apabila bantuan dari pemprov hanya Rp 250.000 maka Pemkot Malang akan menalangi sisanya yang Rp 250.000 lewat dana penyertaan modal ke PDAM. Jadi MBR hanya membayar Rp 500.000.

Tentang pemohon miskin yang telanjur membayar biaya SR Rp 1 juta, menurut Basuki nanti jika benar-benar ada subsidi Rp 500.000 maka sisanya akan dikembalikan ke masyarakat. “Teknis pengembaliannya nanti akan kami atur,” tutur Basuki.

Selain MBR, PDAM Kota Malang akan terus meningkatkan kualitas air dan pelayanan. Berkat upayanya itu, PDAM Kota Malang meraih Perpamsi Award nasional kategori pelayanan masyarakat khusus air. Penghargaan itu diserahkan kepada Wali Kota Malang Drs Peni Suparto di Batam bersamaan Musyawarah Nasional ke-11 Persatuan Air Minum.

Menurut Dirut PDAM Kota Malang yang telah habis masa baktinya 1 Desember 2009, Drs Heryadi Santoso, Kota Malang memperoleh penghargaan bersama PDAM Cirebon dan PDAM Kabupaten Bandung, sebagai ketegori PDAM besar yang memiliki 50.000 sampai 100.000 pelanggan. Kini PDAM Kota Malang memiliki 95.000 pelangan. “Saya sebelumnya tidak pernah menduga PDAM Kota Malang akan menerima penghargaan seperti ini,”kata Heryadi Santoso.

Eks-Dewan Minta AC Dihitung, 11 Mobdin DPRD Mangkrak

KORAN RAKYAT,BATU
Ganjalan Pemkot Batu untuk melelang 11 Daihatsu Taruna mobil dinas (mobdin) eks DPRD belum juga lenyap. Mantan anggota DPRD 2004-2009 menolak disalahkan dalam kasus 11 mobdin itu.

Mantan Wakil Ketua DPRD Kota Batu 2004-2009, Andrek Prana, menegaskan ia sudah memenuhi semua kewajiban sebagai pemegang mobdin, meski ia enggan menjelaskan apa saja yang telah dia lakukan. Ia malah mengatakan seharusnya Sekretaris DPRD Sundjodjo yang juga Plt Sekretaris Kota Batu proaktif menyelesaikan masalah ini sehingga tidak menimbulkan kesan ada kesengajaan menahan mobil-mobil itu lebih lama.

“Kami sadar mobdin itu aset Kota Batu. Masalah ini sebaiknya bisa diselesaikan tanpa harus ramai di media,” beber Andrek, Rabu (2/12).

Menurut Andrek, karena peminjaman melalui sekretaris DPRD (sekwan), anggota dewan juga hanya mau berurusan dengan sekwan, tidak dengan sekretaris kota. Yang dipersoalkan Andrek, mengapa penambahan aksesori pada mobdin itu tidak pernah diperhitungkan sebagai kerugian di pihak peminjam. Padahal banyak anggota dewan yang mengeluarkan uang Rp 10 juta - Rp 15 juta untuk melengkapi mobil itu.

“Kendaraan dinas yang kami terima banyak dalam keadaan kosong. AC dan audio tak ada, velg dan ban tidak standar. Kami yang lengkapi. Tapi semua itu tidak diperhitungkan saat pengembalian,” ujar Andrek.

Sementara itu, Kabag Aset dan Perlengkapan Kota Batu, Achmad Suparto semakin khawatir 11 mobil itu rusak. Selain terpapar sinar matahari yang mengancam kilap cat, mobil itu tidak pernah dipanaskan berbulan-bulan. ”Bagaimana mau memanaskan, kunci kontaknya saja tidak ada,” kata Suparto.
Sedangkan Humas DPRD Kota Batu, Supendi, mengaku tak tahu menahu soal mobdin itu. “Kami hanya menjalankan perintah sekwan sebagai pengambil keputusan. Memang kami mendapat tiga surat dari eksekutif untuk sekwan. Tapi sekwan khan saat ini menjabat plt sekkota. Jadi sekarang kami hanya menunggu perintah sekwan,” tandasnya.

Main di Tepi Sungai, 2 Gadis Cilik Hilang, Warga Menduga Diculik Jin

Warga Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, digegerkan oleh kabar hilangnya dua siswi SDN Pujon Kidul, Rika Vania Yuliana, 10, dan Yuni Retno Asih, 12. Dua gadis cilik warga RT 11 RW 5 Pujon Kidul itu dikabarkan diculik jin saat bermain di tepi Kali Basar, Rabu (1/12) siang.

Ritual pemotongan ayam putih oleh para sesepuh desa dan paranormal pun dilakukan warga di tepi sungai seraya berharap lelembut yang menculik dua siswi itu bisa mengembalikan keduanya dalam keadaan selamat. Namun, hingga berita ini ditulis, Rabu (2/12) malam, Rika dan Yuni belum ditemukan.

Kejadian naas itu berawal ketika keduanya pulang sekolah bersama, Rabu (2/12) pukul 12.30 WIB. Rika, yang duduk di kelas III, dan Yuni, yang siswi kelas V, tersebut memang tinggal bersebelahan rumah.

Seusai pulang sekolah, mereka pun sepakat bermain bersama. Namun, baru saja pulang dan berganti pakaian, Rika –putri pasangan Rochim dan Solikah– diminta ibunya untuk memetik cabai rawit ke kebun mereka, yang ada di dekat Kali Basar.

“Keduanya sempat pamit kepada saya, tapi saya larang karena takut terjadi apa-apa. Tapi mereka tetap ngotot pergi karena mereka bisa bermain lebih lama di sekitar sungai,” ungkap Mak Su, nenek Rika, yang mengaku punya perasaan tidak enak dan berusaha mencegah cucunya bermain.

Namun dengan alasan ingin menyusul bapaknya di kebun, Rika tetap pergi. Kkhawatiran sang nenek ternyata benar. Hingga sore, keduanya masih belum pulang juga ke rumah. Orangtua Yuni, Ponari dan Suwati, pun ikut cemas sehingga akhirnya menyusul ke kebun. Namun hingga senja tiba, kedua orangtua korban tak jua menemukan kedua siswi SDN Pujon Kidul itu.

“Kami sudah mencarinya ke mana-mana tetapi tak ketemu juga. Pencarian juga kami lakukan di tepi sungai tapi tetap nihil,” ungkap Agus, salah seorang warga Pujon Kidul, yang juga ikut membantu pencarian.

Mendapati anak mereka tak kunjung ditemukan, Solikah dan Suwati histeris. Beberapa kali keduanya pingsan karena tak mampu menahan ketakutan dan kepanikan karena anak mereka masih hilang. “Biarkan saya sendiri yang mencari Yuni. Dia pasti masih di sungai,” teriak Suwati.

Dengan bercucuran air mata dia berusaha berdiri untuk pergi ke tepi sungai, tetapi belum sempat berdiri tubuhnya sudah ambruk dan jatuh pingsan untuk ke tiga kali. Hal yang sama juga terjadi atas Solikah, yang akhirnya hingga sore tetap pingsan.

Sebagian warga menduga hilangnya kedua bocah perempuan itu bukan karena terseret aliran air, mengingat sejak dua hari lalu debit air di sungai itu tidak bertambah. Apalagi, sejak Selasa (1/12) tak ada hujan. Dugaan itu semakin diperkuat ketika di sekitar aliran sungai tak ditemukan longsoran tanah yang biasa terjadi jika air meluap.

“Di sekitar sungai banyak ‘penunggu’-nya. Kemungkinan mereka disembunyikan jin atau lelembut dan sejenisnya. Kami pun sudah berusaha mendatangkan paranormal. Tadi kami sudah menggelar ritual potong ayam putih agar mereka dikembalikan,” ungkap seorang warga yang ada di pinggir sungai.

Tak hanya ritual memotong ayam putih saja yang dilakukan, warga desa juga menyiapkan sesaji lain seperti kembang dan kemenyan yang ditaburkan ke sungai. Namun beberapa warga lain berpendapat keduanya telah menjadi korban penculikan.

“Semua upaya dan peluang apapun sudah kami kerahkan agar keduanya cepat ditemukan. Kami harap keduanya bisa kembali dengan selamat,” harap Huda, sesepuh desa yang melakukan upacara ritual.

Dia mengesampingkan kemungkinan bahwa dua bocah itu menjadi korban penculikan untuk ditebus dengan uang. Karena kedua korban berasal dari keluarga kalangan petani sederhana.
Diwawancara terpisah, Kapolsek Pujon, AKP Liesnariadi, mengatakan, pihak keluarga belum membuat laporan kehilangan anak. Meskipun begitu, pihaknya tetap mengerahkan petugas untuk melakukan pencarian –termasuk memastikan apakah keduanya menjadi korban sindikat jual-beli anak.

“Kami akan terus melakukan pencarian. Termasuk menyebarkan informasi tentang hilangnya dua siswi ini ke berbagai Polsek di Malang Raya,” ujarnya

Kakak Diduga Bunuh Adik

KORAN RAKYAT,MALANG
Warga Jl Kemuning, RT 03 RW 09, Lowokwaru, dikejutkan oleh kematian tidak wajar salah satu warganya. Irawan Indarwanto, 37, warga Jl Kemuning 7, ditemukan tergeletak di lantai dekat ruang makan.

Tubuhnya membujur menghadap ke selatan dan ditutupi kain selimut tebal warna abu-abu. Dada sebelah kanan berdarah dan ditemukan luka bekas tusukan benda tumpul selebar kurang lebih tiga sentimeter.

Saat ditemukan warga, korban yang akrab disapa Wawan itu belum meninggal. Saksi mata yang pertama mengetahui kejadian itu mengatakan, napas Wawan tersengal-sengal. Sayangnya, Wawan meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA).

Dugaan warga, kematian Wawan terkait erat dengan kakak kandungnya, Nugroho Indargunung, yang menderita kelainan mental. Pria berusia 46 tahun ini adalah orang pertama yang memberi tahu warga soal kondisi Wawan.

Istri ketua RT 03 Tutik Santono yang pertama diberi tahu oleh Nugroho tentang kondisi adiknya menaruh curiga bahwa Nugroho ada di balik seputar kematian Wawan. "Pokoknya sangat janggal,'' ujar Tutik di rumahnya.

Rumah Tutik berjarak hanya sekitar 15 meter dari rumah yang ditempati Wawan. Saat berada di teras rumah, sekitar pukul 09.00, dia didatangi Nugroho. Tutik diberi tahu bahwa Wawan sudah mati. "Bu, adik saya mati karena terjatuh. Tolong lihat ke rumah,'' kata Tutik menirukan penuturan Nugroho.

Mendengar kabar duka, Tutik bergegas memberi tahu suaminya, Santono. Sayangnya saat itu suaminya sedang makan. Maka Tutik pergi sendiri melihat kondisi Wawan. Saat masuk rumah, terlihat Wawan sudah terbujur di lantai dekat ruang makan dan ditutupi dengan kain selimut tebal warna abu-abu. Untuk memastikan jika orang yang ditutupi adalah Wawan, Tutik meminta Nugroho membuka selimut. Setelah dibuka, Tutik kaget karena dada Wawan terlihat bergerak-gerak dan dadanya terluka. "Jelas Wawan masih hidup. Saya pun langsung minta penjelasan Nugroho bagaimana proses jatuhnya,'' kata Tutik.

Nugroho mengatakan adiknya saat itu melompat-lompat di tempat tidur, lalu terjatuh ke lantai. Saat jatuh itulah, tangannya membawa benda tumpul dan diduga mengenai dadanya. Melihat adiknya terluka, Nugroho berniat membawa adiknya ke rumah sakit, namun batal dilakukan karena beralasan malu.

Tutik bergegas pulang untuk memanggil suaminya guna melihat kondisi Wawan. Dalam waktu singkat, kabar Wawan kritis terluka tusukan menyebar luas ke seluruh warga di Jl Kemuning.

Sebelum membawa Wawan ke RS, warga terlebih dahulu memanggil ibu kandung Wawan dan Nugroho yang sedang berjualan daging babi di Pasar Tawangmangu, sekitar satu kilometer dari rumahnya. Fatma Setiowati, 71, ibu kandung kedua pria itu, kaget melihat Wawan kritis. Dia bergegas melarikan anaknya ke RS menggunakan mobil milik Tutik. Sayangnya, dalam perjalanan, Wawan meninggal karena kehabisan darah.

Sementara warga menghubungi polisi. Sekitar 20 menit kemudian, polisi tiba dan melakukan olah TKP serta membawa Nugroho ke Polresta Malang untuk menjalani pemeriksaan. Untuk membawa Nugroho ke kantor polisi, petugas mengalami kesulitan. Sebab, mendadak sakit gangguan jiwa Nugroho kambuh. Dia menolak dan memilih mengurung diri di dalam rumah.

Setelah dibujuk petugas, akhirnya Nugroho bersedia ikut petugas masuk ke mobil patroli. Dia keluar rumah sambil memegang Alkitab dan sebungkus rokok filter.

Di sela-sela perjalanan masuk ke mobil petugas, Nugroho membantah telah membunuh adiknya. "Adik saya terjatuh dari tempat tidur. Begitu jatuh di lantai, tangannya yang memegang benda tumpul menusuk sendiri ke dada,'' katanya.

Sayang dia tidak menyebutkan benda tumpul yang dibawa Wawan. Namun, dari olah TKP, polisi menyita tiga buah obeng dan pisau belati. Meski telah menyita barang bukti, polisi masih tetap ragu benda itu memiliki keterkaitan dengan kematian Wawan.

Kasat Reskrim Polresta Malang AKP Rofiq Ripto Himawan mengatakan, di barang bukti yang disita, tidak ada bekas darahnya. "Kemungkinan benda tumpul yang digunakan untuk menusuk itu sudah dibuang,'' ucap dia.

Polisi sekarang berusaha mengorek keterangan Nugroho untuk mengungkap seputar kematian Wawan karena dialah yang terakhir bertemu Wawan. Polisi memiliki waktu 1 x 24 jam untuk mengetahui apakah Nugroho terlibat atau tidak terkait kematian Wawan.

Informasi yang diperoleh, Fatma adalah janda lima anak yang telah ditinggal mati suaminya sejak 1995 lalu. Dari ke lima anaknya itu, yang tinggal di rumah hanya dua, yakni Nugroho (anak nomor 4) dan Wawan (anak nomor 5). Wawan menderita kelainan mental sejak kecil, sementara Nugroho mengalami kelainan mental sejak duduk di bangku kuliah semester akhir. Untuk mengobati sakit jiwanya, keluarga sudah membawa mereka berobat ke RSJ Lawang, namun hanya bertahan sekitar tiga bulan. "Dia pulang sendiri jalan kaki, mengaku tidak kerasan,'' ujar seorang warga.

Kabar kematian Wawan juga mengejutkan gurunya di Balai Latihan Kerja Bhakti Luhur Jl Setaman 21. "Dia mantan siswa di sini. Orangnya memiliki tingkat keterbelakangan mental engan grade (tingkat) moderat," kata penanggung jawab BLK Suprahana.

Wawan mengenyam bangku sekolah selama kurang lebih 5 hingga 6 tahunan. Tahun 2006 lalu, Wawan sudah tidak lagi sekolah. Dari semua murid di BLK yang memang dikhususkan untuk anak yang mengalami keterbelakangan mental, Wawan termasuk paling sulit mengalami kemajuan.

Selama sekolah, tujuan utamanya bukan untuk melatih keterampilan, melainkan memberinya kesibukan agar pikirannya tidak kosong. Jika pikirannya kosong, dia kerap marah-marah. Apabila marah, Wawan tidak merusak atau menyerang orang. Dia melampiaskan hanya dengan berteriak-teriak.

Sebagai mantan guru yang pernah mendidiknya, Suprahana tidak percaya bahwa Wawan terluka akibat loncat-loncat di tempat tidur. "Dia tidak pernah melampiaskan aktivitas kejiwaannya dengan cara meloncat-loncat. Hanya berteriak,'' katanya. (hn)

GOR Pertamina Telan Dana 6 Milyar Untuk UB


KRC, MALANG -
PT Pertamina membangun Gedung Olahraga (GOR) di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Pembangunan GOR ini menghabiskan dana sekitar Rp 6 Miliar yang disupport penuh dari Pertamina.
“Pemberian bantuan ini merupakan salah satu program CSR Pertamina serta merupakan kepedulian Pertamina kepada dunia olahraga dan pendidikan,” ungkap Direktur Keuangan PT Pertamina, Ferederick ST kepada Koran Rakyat kemarin.
Luas bangunan ini berkisar 1800 meter persegi, dan sebelumnya adalah lahan untuk lapangan basket outdoor yang sering dimanfaatkan pelajar maupun mahasiswa untuk turnamen ataupun latihan sehari-hari. Dengan direnovasinya lapangan, para mahasiswa dan pelajar dapat bermain basket indoor lengkap dengan fasilitas lainnya.
Fasilitas lain yang juga tersedia adalah ruang ganti pemain, ruang panitia, tribun, kamar mandi, ruang official dan ruang rias. Untuk sementara GOR ini memang diperuntukkan bagi bola basket tetapi tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
Frederik menjelaskan Pertamina setiap tahunnya tidak kurang dari Rp. 250 Milyar hingga Rp 500 Miliar dikucurkan kepada seluruh elemen masyarakat dimana separuh diantaranya adalah pinjaman lunak dan sisanya bantuan hibah ke berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.
“Sampai saat ini kami masih memprioritaskan PTN di seluruh Indonesia. Bantuan yang kami berikan dapat berupa pembangunan infrastruktur ataupun pemberian beasiswa kepada mahasiswa ataupun dosen”, ujar alumni Teknik Mesin ITB ini.
Sementara itu, Rektor UB Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito mengungkapkan UB telah menerima bantuan dari berbagai pihak untuk mendirikan enam bangunan. Keenam bangunan tersebut adalah GOR (dibantu PT Pertamina), gedung serbaguna (dibantu Bank Mandiri), Asrama mahasiswa dengan daya tampung 3500 orang (dibantu Kementerian Perumahan Rakyat), gedung vokasi (dibantu Prince Al Waleed dari Arab Saudi) dan Rumah Sakit Akademik (Bantuan khusus dari Depdiknas).
Bantuan ini, menurut Rektor sangat membantu mengatasi dilema yang dihadapi institusi pendidikan tinggi saat ini dimana pada satu sisi dituntut untuk meningkatkan kualitas sementara disisi lain kemampuan pemerintah dan masyarakat dinilai masih sangat rendah.
Sementara itu usai diresmikan, GOR ini langsung dimanfaatkan untuk turnamen bola basket antar SMA se-Malang Raya. (sol)