Senin, 24 November 2008

Cara Dokter Solidaritas Rekanya Mogok Praktek Layanan Terganggu


KRC,MALANG -
Puluhan dokter di ruang 20 Staf Medik Fungsional (SMF) Mata RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar) mogok kerja kemarin. Meski hanya berlangsung 2,5 jam -mulai pukul 08.00 sampai 10.30-, tindakan tersebut cukup mengagetkan. Imbasnya, ratusan pasien terpaksa menunggu berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan.

Mogok kerja tersebut diwujudkan dengan aksi diam. Artinya, benar-benar tidak ada aktivitas yang dilakukan dokter mata. Bentuk lainnya, sebagian dokter mata terlambat naik kerja. Jam kerja yang biasanya dimulai pukul 08.00 tidak dilaksanakan. Baru setelah ada koordinasi dari jajaran pimpinan RSSA, mogok disudahi dan para dokter kembali beraktivitas.

Ketika dikonfirmasi tentang penyulut aksi itu, banyak dokter mata yang memilih diam dan enggan berkomentar. "Maaf, saya tidak bisa komentar. Jangan saya ya," kata dr Nadia Artha Dewi SPM, salah satu dokter mata.

Begitu juga dr Maksum Effendi, dokter mata yang lain. Malah Maksum tidak menyebut aksi diam yang dilakukan para dokter di SMF mata sebagai bentuk mogok. "Tidak ada apa-apa. Dari tadi aktivitas berjalan biasa. Tidak ada yang mogok," ujarnya.

Apakah mogok terkait dengan pemberhentian Ketua SMF Mata dr Safaruddin Refa? Disinggung tentang hal tersebut, Maksum juga tak mau berbicara banyak. Alasannya, bukan wewenangnya untuk mengeluarkan statemen. "Kurang tepat kalau bertanya kepada saya. Lebih baik langsung dengan direktur saja," tandas dia.

Salah satu dokter yang wanti-wanti agar namanya tidak dikorankan membeberkan, memang benar aksi itu dilakukan karena pemberhentian sementara Refa sebagai ketua SMF mata. Para dokter mata semakin keberatan karena pengganti Refa bukan dokter spesialis mata. "Keberatan bertambah karena penggantinya bukan spesialis mata, tapi spesialis paru-paru," ucapnya.

Kendati rata-rata dokter mata enggan berkomentar panjang lebar, mereka mengeluarkan enam statemen resmi atas aksi tersebut. Antara lain, mereka menganalisis pemecatan Refa dari jabatan ketua SMF mata per 20 November merupakan buntut kasus dugaan korupsi yang menimpa Refa dengan status tersangka. Juga karena Refa dan semua dokter mata menolak pembayaran uang selisih kurang temuan Bawasprof Jatim sebesar Rp 60,4 juta. "Kami memiliki bukti bahwa RSSA sudah mengklaim uang itu kepada PT Askes. Jadi, RSSA yang harus mengembalikan," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Refa tidak mau berkomentar banyak. Dia hanya membenarkan bahwa dirinya telah diberhentikan dari jabatan ketua SMF dengan SK (surat keputusan) nomor 881/8696/308/2008. Dalam SK itu disebutkan bahwa pemberhentian dilakukan untuk kelancaran pelayanan terhadap pasien. Khususnya di lingkungan poliklinik spesialis mata dan ruang rawat inap 20 RSSA. Sebagai gantinya, direktur menunjuk Dr dr Tahan Persaoran Hutapea SpP MARS sebagai pejabat sementara. "Saya hanya bisa sumeleh (pasrah). Saya sangat menghargai support teman-teman," ujar Refa.

Bagaimana tanggapan Direktur RSSA dr Pawik Supriadi SpJP (K) ? Pawik belum bisa dihubungi. Bahkan, saat ditemui di ruang tata usaha RSSA, Pawik langsung menuju pintu keluar. Hanya sekretarisnya, drg Lalu Suparna, yang mau memberikan keterangan. "Pemberhentian terhadap ketua SMF mata hal yang wajar. Semua didasarkan pada hukum," ucap Lalu.

Dalam SK pemberhentian juga telah dijelaskan alasan-alasan direktur memberhentikan sementara Refa. Bahkan, jika suatu saat nanti penilaian direktur berubah, Refa bisa dikembalikan pada posisi semula. "Ini biasa saja. Dalam sebuah organisasi, pergantian jabatan satu hal wajar," kata dia.

Tentang aksi mogok yang dilakukan para dokter mata, Lalu mengaku belum menerima laporan sama sekali. Laporan yang masuk hanya semua dokter mata melakukan rapat tertutup. Bukan aksi mogok. Jika sampai itu terjadi, manajemen akan mengingatkan kembali soal tugas pokok dokter di lingkungan RSSA. Salah satunya pelayanan. "Tadi (kemarin) sudah diingatkan secara lisan. Semua aktivitas normal kembali," katanya.

Menurut Lalu, di SMF mata ada sepuluh dokter daerah dengan status PNS. Selain itu, ada lima dokter mata dari lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB).

Masih dari RSSA, berdasarkan pengamatan, antrean panjang akibat aksi mogok salah satunya terjadi di poli mata. Jumaat -salah satu pasien- mengaku telah menunggu sekitar tiga jam. Namun, hingga pukul 11.30, sama sekali belum ada panggilan.

Saat aksi mogok, ruang tunggu poli mata dipenuhi seratus lebih calon pasien. Meski pelayanan sedikit terganggu, mereka tetap menunggu. (ard)

Tidak ada komentar: