Jumat, 19 Juni 2009

Jeblok UN SMA Kota Malang





KRC,MALANG -
Jebloknya prestasi UN (ujian nasional) SMA Kota Malang ke peringkat 36 Jatim ditanggapi santai Wali Kota Peni Suparto. Bahkan Peni mengatakan bahwa peringkat tidak penting karena prioritas Kota Malang bukan target peringkat. Melainkan pemerataan kualitas nilai UN.

Peni yang dijumpai di balai kota kemarin mengatakan, karena fakta itu pihaknya tidak akan mengadakan evaluasi besar-besaran secara formal. Karena komunikasi informal dengan Kadiknas Kota Malang Shofwan telah dilakukannya. ''Saya sudah ketemu Pak Shofwan kemarin (Kamis/18/6) di SD SBI Tlogowaru. Semuanya sudah jelas," kata Peni.

Menurut Peni, Kota Malang saat ini lebih mementingkan pemerataan kualitas nilai UN. Dalam hal ini keseragaman nilai seluruh siswa. Bahkan, Peni cukup optimistis bahwa kelulusan UN SMA dan SMK di Kota Malang bisa lebih optimal. ''Saya masih menunggu kejelasan data-data eror seperti yang terjadi di SMAN 3 dan sejumlah SMK," ujarnya.

Lebih lanjut, apa yang terjadi di Kota Malang ini, kata Peni, adalah sebuah kerja keras dan murni. Berbeda dengan daerah lain yang rata-rata memasang target kelulusan UN. Karena dengan adanya target, lalu kota-kota lain itu ramai-ramai membentuk tim sukses. Bahkan, jawaban UN dibacakan satu persatu. ''Nilai UN siswa-siswi Kota Malang adalah asli. Bukan nilai target yang hasilnya seperti sulapan," ungkap Peni.

Kendati begitu, Peni mengaku hasil UN tahun ini tetap menjadi bahan evaluasi UN ke depan. Bahkan, dijadikan dasar meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di Kota Malang.

Terpisah, Ketua DPRD Kota Malang Priyatmoko Oetomo menegaskan bahwa pemanggilan terhadap Sofwan akan tetap dilakukan. Karena DPRD sangat butuh informasi sesungguhnya tentang hasil UN Kota Malang tahun 2009. Apalagi, dari sisi prestasi Kota Malang turun satu tingkat dibanding tahun sebelumnya. ''Kami agendakan Senin depan karena Pak Shofwan ke Jakarta hari ini (kemarin). Katanya memperjelas sekaligus mengecek data-data eror," kata Moko, sapaan akrab Priyatmoko Oetomo.

Bahkan, untuk soal data eror itu, Moko sangat mendesak agar Shofwan mencari tahu secara tuntas. Karena jika sampai tak tuntas dia sendiri yang akan berangkat ke Jakarta. ''Ini persoalan serius dan harus dituntaskan. Kalau Pak Shofwan tidak berhasil, saya sendiri yang ke Jakarta," tandas politisi PDIP ini.

284 Siswa SMK Lulus

Kekacauan dalam pemindaian (scanner) lembar jawaban komputer (LJK) memberikan kontribusi besar terhadap penyebab angka ketidaklulusan di Kota Malang 2009 ini. Indikasi itu terlihat dari hasil klarifikasi kelulusan SMK yang diperoleh Diknas Kota Malang, kemarin.

Dari hasil klarifikasi tahap pertama, sejumlah 284 siswa dari sembilan SMK di Kota Malang dinyatakan lulus. Padahal saat pengumuman kelulusan SMK 17 Juni lalu, 284 siswa itu dinyatakan tidak lulus. Perubahan predikat- dari tidak lulus menjadi lulus- secara cepat itu baru terjadi di tahun 2009 ini. (selengkapnya lihat grafis).

"Kami geleng-geleng kepala saja. Kok bisanya seperti ini. Psikologi para siswa itu yang terkoyak," sesal Kunti Nursasiati, Kasi Kurikulum Dikmen Diknas Kota Malang, kemarin.

Seperti diketahui, Diknas Kota Malang saat pengumuman kelulusan curiga dengan banyaknya siswa SMK yang tidak lulus. Jumlah siswa yang tidak lulus pada pengumuman awal sebanyak 639 siswa dari 5.832 peserta ujian SMK. Kecurigaan itu muncul karena nilai ujian produktif mereka nol. Padahal, mereka mengikuti semua tahapan ujian.

Kunti menerangkan, klarifikasi akan terus dilakukan untuk mengecek nilai-nilai yang diindikasikan janggal. Misalnya track record siswa selama proses belajar mengajar bagus, namun dinyatakan tidak lulus. Atau kejanggalan nilai yang didapat satu dengan lainnya, termasuk nilai yang deviasinya terlalu jauh (jomplang). "Akan kami koreksi lagi di BSNP. Mungkin jumlah yang tidak lulus terus berkurang," ungkap Kunti.

Terkait penyebab kekeliruan predikat kelulusan itu, Kunti menegaskan karena proses pemindaian yang tidak tertib. Lembar jawaban komputer milik siswa ujian susulan dipindai menggunakan kunci jawaban soal ujian utama. Sebaliknya, LJK peserta ujian utama dipindai dengan kunci jawaban ujian susulan.

Atau ada LJK yang kurang terbaca di alat pemindai. Termasuk siswa yang tahun lalu tidak lulus, angka ujian produktifnya diisi nol. Padahal sesuai POS (prosedur operasi standar), angka ujian produktifnya diisi tahun lalu. "Begini-begini ini, kami minta koreksi," kata Kunti.

Kabid Dikmen Diknas Kota Malang Sugiharto mengaku sedikit kecewa dengan pelaksanaan POS. Mestinya petugas BSNP juga menaati POS yang telah dibuat. Sehingga di tingkat bawah tidak terjadi kekacauan. "Ya harus dibenahi. Bukan untuk kebaikan kami di diknas. Perbaikan demi siswa-siswa yang merupakan generasi penerus bangsa," katanya. (jes)

Tidak ada komentar: