Kamis, 19 November 2009

85% Slintutan Keterbukaan Penggunaan Uang Sekolah

KRC, MALANG –
Era keterbukaan dalam pengelolaan sekolah belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Bahkan ada sekitar 85 persen pengelola sekolah di Kota Malang masih belum transparan secara keuangan. Sehingga kerap menimbulkan keresahan di kalangan wali siswa.

Banyaknya sekolah yang belum transparan itu terungkap dalam workshop Sistem Pengelolaan yang Akuntabel di Hotel Gajahmada Graha, pagi kemarin. Drs Ahmad Rofi MA, komite sekolah SMP Maarif 2, mengungkapkan, dari 24 SMPN atau sederajat di Kota Malang, baru ada 8 sekolah yang dinilai sudah terbuka dari sisi keuangan.

Sedang untuk SMP swasta dan sederajat dari 84 sekolah yang ada, hanya 9 sekolah yang masuk kategori transparan. Jadi lebih dari 80 persen sekolah dianggap masih belum terbuka. "Itu artinya selama ini kerjasama sekolah, komite sekolah, atau orang tua masih sangat kurang," kata Rofi kemarin.

Menurut dia, kurang adanya transparansi ini karena sejak pembuatan RAPBS (rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah) belum melibatkan semua pihak yang ada di unsur sekolah. Sehingga orang tua siswa atau komite sekolah juga tidak tahu darimana, untuk apa saja dana yang selama ini masuk dan keluar. "Saya kira memang semua harus dilibatkan saat menyusun RAPBS, termasuk pelaporannya," tandas dia.

Workshop yang diselenggarakan oleh Pattiro (Pusat Telaah dan Informasi Regional) ini memang berangkat dari penelusuran tim Pattiro yang banyak menemukan sekolah belum transparan. Pihak sekolah terkadang "ketakutan" ketika didatangi komite sekolah yang ingin menanyakan keluar masuknya dana. Padahal mestinya sekolah bisa terbuka sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. "Terkadang memang sekolah kesulitan menyusun maupun membuat laporan keuangan. Karena itu kami juga ingin membuat pelatihan bagaimana membuat sistem pengelolaan keuangan sekolah yang benar," kata M. Sahal Luthfi, bidang advokasi Pattiro.

Ia menambahkan, belum semua kepala sekolah maupun bendahara tahu bagaimana cara merancang, menyusun, dan melaporkan keuangan yang benar. Kondisi akan sangat berbahaya jika sampai terjadi kesalahan dalam membuat laporan. Dampaknya bisa akan masuk ke ranah hukum. "Maka sistem pengelolaan keuangan sekolah yang akuntabel dan transparan ini harus bisa dijalankan semua sekolah," papar alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Malang ini. (ic)


Gara-gara lilin tak dimatikan, rumah di Perumahan Permata Jingga Blok Sawo Jingga 33 kemarin malam terbakar. Isi rumah ludes. Si jago merah juga melalap habis atap rumah yang ditempati dua mahasiswa asal Kalimantan, M. Riza Ramadan dan Alvin, tersebut.

Wiharjono -salah satu saksi mata- mengatakan, secara pasti dia tidak mengetahui titik api di rumah kakak beradik itu. Tiba-tiba saja dia melihat rumah yang jaraknya hanya beberapa meter dari kediamannya tersebut terbakar. "Saya kaget sekali karena asap tebal diikuti nyala api tiba-tiba tampak di atas rumah itu," ungkapnya.

Tak hanya Wiharjono yang kaget. Para tetangga lainnya juga langsung berdatangan. Sayang, para warga tak bisa banyak membantu memadamkan api dan menyelamatkan isi rumah karena kondisi rumah terkunci rapat. Saat itu dua penghuni rumah sedang keluar. Hingga kemarin, dua kakak beradik itu masih schok sehingga tidak bisa dimintai keterangan. "Tahu-tahu rumah itu terbakar. Kejadiannya sekitar pukul 22.00," tambah Wahyu, warga lain.

Api bisa dijinakkan sekitar pukul 23.00, setelah dua dari enam mobil pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi. Namun, total kerugian akibat kebakaran belum bisa ditaksir. Yang jelas, banyak barang berharga di dalam rumah yang hangus. Untungnya, satu mobil Honda Jazz nopol N 174 ZZ bisa diselamatkan.

Beberapa anggota Polsekta Lowokwaru di lokasi kejadian membeberkan bahwa kemungkinan besar kebakaran tersebut dipicu nyala api lilin. Sebab, sejak pukul 19.00, listrik di kawasan perumahan tersebut padam. Listrik sempat hidup, tapi sebentar lalu mati lagi. Diduga, karena lampu mati, penghuni menyalakan lilin.

Pada pukul 19.30, Alvin keluar rumah. Namun, lilin telah dimatikan. Lalu, sang kakak, Riza, pulang dan kembali menyalakan lilin. "Pukul 21.00, Riza keluar rumah. Lilin tidak mematikan. Saat itu lilin diletakkan di atas meja dekat kasur," ungkap anggota Polsekta Lowokwaru yang tidak mau namanya dikorankan. (ik)

Tidak ada komentar: